Rabu, 29 Februari 2012

Princess di Kos-kosan Depan Warnetku


Perfect Princess. Judge mind itu langsung aku voniskan pada Gadis cantik berjilbab biru yang nge kos di depan warnet tempat kerjaku.  Wajahnya begitu teduh dan cantik. Sikapnya yang santun, tutur bahasanya yang lembut. Pokoknya moralnya sesuai dasa darma pramuka, Garis-garis besar haluan Negara dan berlandaskan Pancasila serta Undang-undang dasar empat lima, tiada cela. Parfait, sempurna kalau kata orang Perancis sana. Senyumnya yang menawan selalu membuat hatiku kebat-kebit ketika tanpa sengaja bertatap muka denganya. Duch…Tipe gadis yang pantas di bawa ke rumah dan di kenalin sama bapak ibuku yang begitu menjunjung tinggi norma-norma agama. Sering aku berkata dalam hati “Ini loh mak.. menantu idamanmu” lalu aku senyam-senyum sendiri. Gila kali hehehe..Aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Dia itu tipe Gue banget. Seluruh resolusi cintaku adalah dia, my Perfect Princess.

“Gue juga mau mas yang tipe kayak dia. Limited edition, langka. Udah cantik, baik, pinter, soleha byuh.. byuh… kurang apa coba”
Celetuk temanku saat melihat dia.

“Limited edition, loe kira mobil”
Sahutku asal, tapi dalam hati bangga. Ternyata pilihan hatiku benar-benar ga salah. She is my Aisyah..

My aisyah, ngimpi kali. Coba liat diriku ini. Cuma teknisi komputer dengan gaji tidak menentu, tergantung pendapatan warnet, turun naik kayak harga sembako di pasaran. Udah tampang dekil, jauh dari tampang ustadz Jefry al buchory yang ganteng itu, apalagi di bandingin sama dari Brad Pitt. Jauh bangettt. Dengan semua alasan yang menyakitkan ini aku sudah minder duluan untuk mendekati dia. Dia begitu ah.. sempurna. Cantik, semampai, solehah, mahasiswa Sastra Inggris di universitas yang kredibel, berlabel PTN. Perguruan Tinggi Negeri yang tau sendiri reputasi otak mahasiswanya di akui sebagai kumpulan orang-orang smart. Jauh banget perbedaanku dengan dia, bagaikan langit dan bumi. Pungguk merindukan bulan.  Ibarat berdiri di depan toko barang-barang mewah.

Belum masuk, barang-barang itu sudah mengejekku duluan.
“Mau beli barang branded, ngaca dulu deh”
Fyuh.. capek ati jadinya. Ungu banget. Cinta dalam hati.
Aku bisanya ya Cuma memandangi wajahnya yang halus, teduh itu secara diam-diam. Secret admirer. Aku menyebutnya seperti itu. Yah biar keren dikit impor bahasa dari negerinya Pangeran William.

Sesekali sang princess mampir ke warnetku, bikin tugas kuliah lah, ngetik inilah, nyari bahan paper lah. Dan beruntungnya, aku yang selalu di cari oleh dia. Aku yang selalu di mintai bantuan oleh dia. Bikin hatiku kembang seperti balon yang di tiup. Euforia saking girang plus bangga. Hahaha
“Mas cariin bahan utuk tugas makalahku donk”
Sang princess memamerkan senyumnya yang aduhai..mak aku terpesona. Mulanya aku gelagapan. Tapi langsung berusaha menguasai diri. Aje gile Cuma mendengar suara merdunya, melihat senyum manisnya denyut jantungku sudah berdetak dua kali lebih cepat dari normal.

“Eh iya, boleh” Kataku berusaha kalem. Jaim. Padahal dalam hati, aku berkata Anything for you my princess.
Lalu dengan soknya ahlinya aku menjelaskan ini itu tentang situs-situs yang perlu di kunjungi untuk mencari bahan tugasnya. Aku bicara panjang lebar tentang download, tentang PDF, tentang software antivirus, tentang internet, seolah-olah aku ini pakarnya. Sikapku mendadak berubah jadi Inocent di hadapanya. Gini nich penyakit cinta. Bikin orang jadi gila. Tapi biarlah gila.. karena cinta memang gila.

Suatu hari aku pernah di minta datang ke tempat kosnya. Bagai kesetrum aku menerima undangan itu. What?!! She want me to go to her room. Aku sampai mencubit lenganku untuk memastikan this is real. I’m not dreaming.

Tanpa banyak ini itu aku bergegas ke rumah kos cewek depan warnetku. Ku temukan sekumpulan mahasiswi yang ngekos di situ sedang bercanda  di depan rumah. Aku basa-basi menyapa mereka.
“Sudah di tunggu di dalam mas” kata seorang dari mereka

Hah.. sudah di tunggu di dalam katanya. Kira-kira mau ngapain ya dia sampai mengundangku masuk ke kamarnya. Hatiku deg-degan, keringatku panas dingin ga karuan.

“Eh, mas sudah datang”
Begitu melihatku sang princess tersenyum ramah. Jilbab biru, dan gamis motif bunga-bunga yang dia kenakan menjadikan dia begitu cantik sore ini. Oh Aisyah impianku.. Aku seperti meleleh di hadapanya.
“Masuk mas, saya mau minta tolong. Maaf lho.. ngrepotin terus”
Aku Cuma tersenyum, dalam senyumku itu kira-kira artinya seperti ini, seandainya kamu minta Taj Mahal pun akan ku bangunkan untukmu princessku.

Aku bingung karena dia masuk ke kamar dan mengisyaratkan padaku untuk mengikutinya. Gundah gulana, hatiku berteriak-teriak
“Kita bukan muhrim princess, di larang berduaan di dalam kamar”

Pasalnya aku memang laki-laki normal siapa sich yang ga mau berduaan di dalam kamar, tapi masa kecilku juga full dengan wejangan-wejangan ayah dan ibu tentang nilai-nilai agama, bagaimana menjadi lelaki yang baik. Tapi  toh suara itu Cuma numpang lewat di hempas angin lalu aku melangkah ke dalam kamar dengan gugup.  Sesampainya di dalam, princess sudah menyambutku dengan senyum yang lebar.

“Ini loh mas, Komputerku trobel, tolong di cek in ya..”
Aku melongo..
***

Sudah berhari-hari ini aku tidak enak makan, tidak enak tidur, tidak semangat kerja. Ini lantaran sudah berhari-hari pula aku tidak melihat princess. Biasanya tiap sore dia pulang kuliah aku melihatnya melintas di depan warnet. Ya iyalah orang warnetku di depan kosnya dia hehe.

Hatiku langsung adem setiap melihat wajahnya yang teduh, matanya yang bening, senyum yang dia lempar saat melihatku sekilas ke dalam warnet, duh.. Aku merindukan semua itu.. Kata teman-teman kosnya dia sedang mudik ke kampung halamanya. Liburan semester. Hidup tanpa melihatnya bagaikan makan tanpa minum, seret. Anyep, hambar. Itu yang aku rasakan. Ah cinta memang misterius. Kadang begitu membahagiakan, tapi kadang juga begitu menyakitkan.

“My beautiful princess what are you  doing now? Don’t you see I miss u so much”
Seandainya berteriak di dalam warnet seperti itu di halalkan dan tidak mendapat cap ‘Orang Gila’ dari pengunjung warnet dia pasti akan melakukanya. Dadaku penuh sesak oleh cinta. Cinta pada princess. Lebay hehe.. tapi biarlah lebay.., cinta memang bikin orang jadi lebay.

Lalu suatu hari aku bertemu princess di depan kos-kosan. Dia sudah pulang dari mudiknya. Wajahnya terlihat begitu ceria. Bibirnya yang indah itu langsung membentuk senyum ketika dia melihatku. Akupun membalas senyum. Duh.. Gusti aku seperti melayang ke langit ke tujuh saking bahagianya. Aku benar-benar terharu dengan perasaanku. Dalam hati aku berdoa...
“Semoga kamu adalah jodohku  nanti princess”

Tapi senyumku yang tadinya mengembang memudar, saat ku lihat seorang pria dengan sepeda motor bebek menghampiri princess. Dan prinsesspun menyambut pria itu dengan senyum yang begitu ramah, matanya yang bening berbinar. Hatiku serasa mendidih. Cemburu.

Tanpa canggung princess lansung duduk di boncengan belakang si pria. Princess dan pria itupun berlalu dari hadpanku dengan sepeda motor bebeknya. Sempat ku lihat senyum kemenangan di bibir pria itu ketika dia tersenyum sekilas padaku seolah senyumnya berkata, sudah tahu barang limited edition yang branded kayak gini kok di biarkan begitu lama. Siapa cepat, dia dapat.

“Itu calon suaminya dia mas” ujar seorang mahasiswi temanya prinsess ketika melihatku masih terheran memandangi kepergian princess dan pria menyebalkan itu.

Aku sempat shock dalam hati. Ini bukan soal patah hati saja. Pasalnya aku akan sangat rela kalau princess mendapatkan calon suami yang layak, setidaknya lebih gantengan dari aku lah. Lha ini sama jeleknya dengan aku, sama dekilnya. Tau gitu tadinya aku lamar duluan. Nasib-nasib..
THE END

Tekad yang keras


Kupandangi hari yang terhiasi rintikan hujan, tapi titik-titik hujan itu tak tampak dengan mata telanjang. Kusiap berjalan di bawahnya, terselimuti air yang makin lama membasahi tubuhku ketika ku telah sampai di sekolah. Harapanku aku tak akan jatuh sakit karena air hujan ini.
Leherku bagaikan tertusuk pecahan kaca sehingga gerakanku tak sempurna ketika ku menoleh. Ketika kuberkaca, pantulan cermin di hadapanku memperlihatkan ada sesuatu berbentuk bintik yang tumbuh di leherku entah itu jerawat atau bisul. Setelah tiga hari, tanpa kusadari, cermin menangkap mataku dan mengharuskanku memperhatikan baik-baik ada apa di wajahku. Bintik-bintik sejenis telah menggerogoti wajahku.
Hariku terasa hanya setengah terpotong dengan waktu di atas kasur. Study time tak kuhadiri dikarenakan lemahnya kondisi badanku yang tergerogoti suhu panas. Sungguh ku anggap demam setiap sore dan malam ini disebabkan oleh air hujan yang menyelimutiku tempo hari. Tiga hari sudah ku seperti ini, merasakan hari hanya setengah, ketika pagi hingga siang ku enggan meninggalkan sekolahku, tapi di kala sore hingga malam tak ada daya melawan panas tubuhku. Mandi yang menyadarkanku bahwa bintik-bintik itu tidak hanya tumbuh di wajah tapi juga di permukaan tubuhku. Ketidaktahuanku mendukungku menyatakan bahwa bintik ini timbul karena alergi sesuatu. Keesokan hari ketika kubangun pagi, tak terasa tubuh ini terbawa ringan oleh udara ketika bergerak lalu terhempas oleh angin dan jatuh.
Kondisiku yang lemah ini memaksaku untuk segera pergi ke rumah sakit. Rumah sakit Bakti Husada adalah yang terdekat sekitar lima menit ku sudah tiba di sana. Di ruang UGD kutunjukkan bintik-bintik aneh yang timbul di permukaan tubuhku kepada dokter umum, dengan tangkas dan hati-hati beliau memberitahuku bahwa cacar lah rahasia di balik penasaranku selama ini. Aku menderita cacar. Seperti sayur yang tak bergaram, maka diare membumbui cacar yang kualami. Aku menderita cacar berbumbu diare.
Bertepatan dengan ulang tahun ke-63 Indonesia, untuk pertama kalinya aku sebagai pelajar tidak mengikuti upacara 17 Agustus. Rumah sakitlah tempatku. Aku adalah korban kelima yang dihinggapi virus cacar di sekolahku . Tempatku di asrama dikhawatirkan oleh orang sekitarku lebih-lebih direktur asrama. Virus cacar yang mudah tertularlah sebabnya. Mereka takut tertular. Apalagi direktur asrama yang tidak ingin mendapat teguran dari orang tua siswa karena membiarkan adanya penderita cacar yang hinggap di asrama, maka beliau menyarankan kepadaku untuk tinggal sementara di rumah keluarga di Jakarta ini bila ada. Bahasa kasarnya aku harus keluar dari asrama untuk selang waktu tertentu hingga cacarku reda. Panasku pagi siang sore malam tanpa henti membuatku terus mengeluh. Kepada siapa aku mengeluh? Aku tak punya keluarga di kota besar ini. Telepon genggam yang selalu ku genggam kupakai untuk menghubungi ayah ibuku. Kepada merekalah aku mengadu, mengeluh, mengungkapkan keresahanku.
Lima jenis obat yang dokter berikan harus diminum setelah makan dan secara teratur. Dengan kondisiku yang susah untuk berdiri ini, siapa yang membawakanku makanan dari kantin untuk sarapan, makan siang dan juga makan malam? TAK ADA kecuali aku yang minta tolong. Lemah tubuhku mengisyaratkan aku harus banyak tidur. Bila aku ketiduran saat waktunya makan lalu minum obat, siapa yang akan membangunkanku? TAK ADA.
Untungnya mimpi selalu menghiburku. Mimpi yang selama ini jarang melayang di kepalaku karena waktu tidurku tak cukup untuknya. Aku berhasil diterima di fakultas teknik penerbangan ITB. Aku berhasil diterima di fakultas kedokteran UI. Aku berhasil mendapatkan beasiswa di aerospace engineering faculty di Jerman. Berhasil menjadi wanita karir. Berhasil mengelilingi dunia. FLAP. Mimpi-mimpi ini memenuhi ruangan renggang di otakku. Aku lebih senang menganggapnya obsesi bukan mimpi.FLAP. Bangunku merusak alur mimpi itu. Tapi tak apalah. Mimpiku tak boleh terpendam harus memiliki masa depan. Begitulah orang sakit. Banyak maunya.
Kedatangan ibuku di hari ketiga aku sakit cukup membangun semangatku kembali. Tapi tetap saja aku lemah. Ibuku terpanggil menjengukku yang datang dari jauh yaitu Samarinda, Kalimantan Timur dikarenakan beliau tidak tega padaku anak perempuannya satu-satunya sedang sakit tak ada yang mengurus. Ditambah lagi dengan adanya pemberitahuan dari direktur asrama bahwasanya lebih baik aku bila dirawat di luar asrama. Terang saja ibuku memutar pikirannya dan mencari rumah kontrakan yang layak ditinggali.
Maka di rumah inilah aku di rawat setelah sempat satu malam aku di tempatkan di ruang klinik dokter di lantai empat di gedung sekolah. Ruangan ini mempersulit ibuku. Kami tak terjamin makan. Ibuku tak bebas merawatku karena fasilitas yang memang tak cocok dengan kondisiku. Ruang gerak ibuku sempit dan tak bebas karena ruangan itu dig dung sekolah lantai empat. Bayangkan saja. Ibuku benar-benar telaten memperhatikanku, kapan waktunya makan dan minum obat.
Kebosananku meminum lima jenis obat itu membuatku culas yang hanya meminum dua jenis di antaranya. Jagung parut adalah solusi penyembuhan cacar di tubuhku ini. Menurut pengalaman dari ibuku bahwa dengan mengolesi jagung parut di bintik-bintik merahnya, cacar akan cepat mengering. Inilah yang ibuku lakukan setiap hari.
Pihak asrama tidak pernah tahu aku di mana, bahkan aku tak mau mereka tahu. Tapi pembina asramaku memaksaku untuk mengatakannya. Merekapun bertanya kapan aku kembali ke asrama. Pertanyaan ini membuatku rindu akan sekolah dan asrama. Terhitung seminggu aku sakit, selama itulah aku tak sekolah.
Suatu pagi aku enggan sekali makan. Ibuku menyediakan susu di hadapanku dan itulah yang kupaksa bisa masuk melalui mulutku ini. Selang beberapa waktu, toilet yang selalu ingin kukunjungi untuk menuntaskan isi perut. Muntah menyelingi. Kondisiku lemah, makanan tak bisa masuk ke mulutku, dan kelopak mataku susah untuk membuka. Sehari semalam aku menderita seperti ini. Cukup memmbuat mamaku khawatir ada apa gerangan denganku ini. Keesokan harinya, dengan niat meminta obat untuk cacar, ibuku membawaku ke rumah sakit Puri Cinere karena koleksi obatku dari dokter sebelumnya telah berada di tubuhku.
Tak disangka dokter umum yang kutemui menyuruhku untuk berbaring, suster diperintahkan untuk memasukkan jarum suntikan ke pembuluh darah tangan kiriku. Aku harus menunggu hasil laboratorium darahku. Empat jam berlalu hasilnya pun keluar. Rencanaku untuk kembali ke sekolah esok hari buyar dikarenakan aku harus dirawat di rumah sakit ini. Kekurangan cairanlah sebabnya. Banyaknya air yang keluar ketika aku diare tidak diimbangi dengan banyaknya air yang masuk ke dalam tubuhku. Kekurangan kalium dalam darah lah yang membuat kondisi badanku lemah tak berdaya. “kamu harus diopname kira-kira tiga sampai empat hari” kata dokter. Ini memberatkanku karena menunda kepulanganku ke sekolah lebih-lebih dari masalah biaya. Rumah sakit ini bukan rumah sakit pemerintah sehingga asuransi kesehatan yang kumiliki tak berfungsi.
Aliran darahku yang telah tercampur dengan zat-zat yang masuk dari cairan infus jelas terasa. Desiran rasa sakit yang tak terkira. Sering aku lemah dibuatnya. Tapi zat inilah yang kubutuhkan. Zat inilah yang berperan penting untuk kesembuhanku. Suster bergantian mondar-mandir masuk ke ruanganku sangat teratur memberiku obat, tapi kurasa aku tak mengalami perubahan. Sehari saja Tuhan mengizinkanku untuk dirawat di rumah sakit. Batinku bergejolak antara kebosanan kejenuhan apalagi masalah biaya. Dokter cantik bernama Fitri yang menanganiku tak mengizinkanku pulang karena pencernaanku belum stabil. Tekad keraslah yang berbicara. Aku ingin keluar dari sini. Aku ingin segera kembali sekolah.
Aku tau, tapi dokterlah yang lebih tau kondisiku, tapi Tuhanlah yang paling tau tekad kerasku. Bila aku berpikir bisa. Aku pasti bisa. Jadilah aku keluar dari Puri Cinere ini dengan berbekal obat untuk rawat jalan dan setelah membayar beberapa juta biaya pengobatanku yang terukur tinggi untuk kalangan keluargaku. Segera kutekadkan untuk kembali ke asrama. Aku kembali. Aku pulang.

KISAH SEJATI


Sungguh sebuah kisah sejati tentang cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap istri dan anak-anaknya. Seorang lelaki berusia genap 55 tahun, yang selalu menjadi kebanggaan anak-anaknya. Setiap tahunnya, ketika umat Kristiani di seluruh penjuru dunia merayakan Hari Natal, kebetulan sekali bertepatan dengan Hari Ulang Tahunnya. Ini benar-benar sangat luar biasa sekali…
Sepanjang perjalanan hidupnya telah banyak mengalami berbagai macam badai demi kelangsungan hidup. Masih jelas dalam ingatan saya, bagaimana ulet dan tekunnya lelaki hebat itu bahkan sampai detik ini. Saat ini, bisa dikatakan lelaki hebat kebanggaan saya itu sudah memasuki zona kenyamanan dalam hidup. Dan apakah semua itu didapatkan dengan cara yang mudah, semudah membalikkan telapak tangan? Hmmm, tentu saja tidak sama sekali…
Menjadi kepala rumah tangga tentu memerlukan jiwa yang kokoh dan bisa berlaku bijak terhadap istri dan anak-anak. Bertanggung jawab penuh atas segala yang menjadi kebutuhan dalam hidup ini. Kebutuhan untuk diri sendiri, kebutuhan istri, dan juga kebutuhan anak-anak. Sebab kenyataannya, tidak sedikit laki-laki yang lari dari tanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya. Kira-kira gelar apa yah yang layak untuk disandang oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab? Apakah lelaki pecundang? Pengecut? Atau lelaki tidak tahu diri? *Ooopsss…maaf*
Sepenggal Kisah Sejati tentang Cinta Lelaki Hebat
Setelah saling mengenal selama 4 tahun lamanya dengan seorang wanita cantik sang pujaan hati, akhirnya memutuskan untuk menikah pada tahun 1975. Itu artinya usia pernikahan lelaki hebat tersebut sudah melewati Ulang Tahun Pernikahan Perak, dan sudah memasuki tahun ke – 35. Dan Insya Allah, 15 tahun lagi memasuki Ulang Tahun Pernikahan Emas… Amin Ya Allah… :)
Selama menjalani pernikahan, banyak suka dan duka sudah pasti dirasakan. Banyak hal yang terkadang di luar logika, terjadi dalam sebuah pernikahan. Namun karena memiliki jalinan cinta yang sangat kuat, segala sesuatunya bisa teratasi dengan sangat baik. Mengerti dan memahami arti dan makna dari sebuah pernikahan, maka sehebat apa pun badai yang menghadang, tidak akan mudah rapuh dan hancur. Selalu menghargai dan menanamkan kepercayaan terhadap istri adalah salah satu kunci suksesnya dalam menjalani rumah tangga.
Bentuk pertanggung jawabannya terhadap istri dan anak-anak adalah dengan sangat tekun dan ulet mencari nafkah. Awal pernikahan, benar-benar merupakan cambuk dalam menjalani hidup. Berprofesi sebagai tukang gambar keliling, pernah beliau lakoni. Bekerja di sebuah pabrik pengalengan nanas, juga pernah beliau jabani. Hingga ketika lahir anak kedua, kehidupan mulai menyinari langkahnya. Menjadi PNS [Pegawai Negeri Sipil], pada tahun 1979 yang memang menjadi salah satu profesi yang cukup populer di negara Indonesia tercinta ini. Waktu terus berjalan, dan sampai pada waktunya dengan pangkat Golongan IId. Cukupkah sampai di sini? Sangat jauh dari kata cukup…

CERITA CINTA SEJATI ANTARA KEKASIH DAN SAHABAT


Kisah dalam cerpen cinta sejati ini adalah berdasarkan sebuah kisah nyata seorang wanita yang menyadari penuh bahwa Ia sangat mencintai laki-laki yang kini menjadi sahabatnya. Tetapi bagaimana dengan lelaki itu? Apakah Ia juga merasakan hal yang sama terhadap wanita itu? Hmmm…
SEHARI [...dan jangan lagi ucapkan janji]
aku pernah miliki bunga indah warnai hariku
ketika dia pergi
aku hanya bisa menyesali
kudapati bunga indahku telah tertaman
bukan dihatiku
meski masih mencintai
bunga indah itu bukan untukku
hanya wangi dan indahnya yang tersisa untukku
selalu ada dalam hati ini
Hari Rabu ini tidak beda dengan hari yang lain di bulan ini. Hujan baru saja berhenti, walau mendung masih terlihat di langit tapi sepertinya hujan tidak akan turun lagi. Udara terasa lebih segar, debu yang biasanya berterbangan tersapu tetesan hujan . Langit biru dan angin yang bertiup pelan menambah segar siang ini. Siang yang indah. Aku berharap indahnya siang ini tidak hanya di mata tetapi juga dapat menambah indah hidupku.
Aku baru saja masuk ke dalam mall, aku tidak perduli dengan orang-orang yang berjalan di depanku. Meski bukan musim liburan dan akhir pekan tetapi pengunjung siang ini lumayan banyak dengan tujuan yang berbeda mungkin belanja atau mungkin hanya sekedar membuang waktu dengan berkeliling mall. Sedangkan aku, tujuanku hanya satu. Menepati janji.
Aku sampai di lantai dua dan melirik ke salah satu café di sana dan tidak terlihat wajah yang aku kenal, aku mengarahkan mataku ke jam tangan, 13.16. Berarti masih ada setengah jam lebih untuk menunggu dia datang. Aku memutuskan untuk masuk ke satu café yang berhadapan dengan tempat kita janjian, jadi aku bisa melihat kalau nanti dia datang.
Secangkir Cappucino baru saja disajikan di depanku, aku melirik ke pelayannya dan mengucapkan terima kasih. Aku melanjutkan membolak-balik majalah yang memang tersedia di café itu sambil sesekali melirik ke café di depan menunggu dia datang.
Waktu berjalan perlahan Cappucino dalam cangkir masih tersisa setengah dan sama sekali tidak panas lagi. Perlahan aku mengangkat cangkir dengan niat untuk menghabiskan sisa kopi sebelum jadi benar-benar dingin. Tanganku tertahan ketika mataku secara sekilas melihat wajah yang begitu akrab di mataku. Walau telah bertahun tidak melihatnya tapi wajah itu tidak bakal bisa terlupakan. Wajah yang dulu begitu akrab denganku.
Sama sekali tidak banyak yang berubah dari dia. Meski dia lebih kelihatan dewasa dan lebih… *tiba-tiba jantungku berdetak tidak seperti biasa, berpacu lebih cepat seperti ingin segera melompat dan mendekat. Sementara hatiku memiliki keinginan yang lain, menahan kakiku untuk melangkah dan membiarkan mataku untuk memandangnya lebih lama lagi dari sini. Memandang sepuas hati tanpa harus mengucapkan sepatah kata melepas rindu yang selama ini terbenam dalam hati.
Dia menoleh ke dalam café, mungkin sedang mencari-cari  tanda  kehadiranku. Tangannya mengeluarkan handphone dari dalam tas . Jari-jarinya menekan tuts dan kemudian mendekatkan handphonenya ke telinga. Kembali melirik ke dalam café,…
Handphone di dalam saku celanaku bergetar. Di layar handphone tertulis namanya. Jawab tidak, jawab tidak, jawab…
“Hallo…”
“Hallo, aku udah di depan café, kamu di mana?
“Ehh, masih di jalan, ntar lagi sampai.” entah kenapa kata-kata itu keluar begitu saja.
“Kamu tunggu disitu aja dulu, pesan minum atau apalah.”
“Ya udah, aku tunggu di dalam. Tapi jangan lama ya.”
“Enggak, paling lima menitan lagi.”
Dia masuk kedalam dan duduk di pojok café. Aku masih memperhatikan dia yang sekarang lagi berbicara dengan pelayan café. Mungkin lagi memesan minuman. Sekitar beberapa menit kemudian aku bergerak, membayar kopi yang baru saja aku minum dan melangkah pelan ke café di depan. Rasanya seperti mau kencan pertama.
Di depan pintu aku berdiri sejenak menatap ke meja di pojok café, dia sedang sibuk membaca menu yang ada di depannya.
“Hai, lama nunggunya. Sorry ya”
Wajahnya terangkat mencari asal suara yang baru dia dengar. Matanya menatap ke wajahku. Jantung ini kembali berdetak tidak beraturan. Mata itu. Mata indah yang sampai saat ini masih tetap menjadi mata yang terindah yang pernah aku lihat.
“Enggak koq, aku juga barusan sampai.”

CINTA TAK HARUS MEMILIKI


“Kakak!!! Tolong aku kak…!”
Terdengar jeritan hati diliputi suara tangis yang memecah ketika aku menjawab HP Nokia kesayanganku. Rintihan seorang gadis remaja yang sedang merasa tertekan akibat ulah seorang laki-laki yang sangat dicintainya. Gadis itu begitu sangat terpukul setelah mengetahui kebusukan yang dilakukan oleh laki-laki yang sangat dicintainya. Laki-laki yang Ia harapkan kelak akan menjadi suami dan ayah dari anak-anaknya kelak. Musnah sudah semua mimpi-mimpi manis bersama laki-laki itu setelah Ia mengetahui dengan nyata kebusukan apa yang sudah dilakukan oleh laki-laki yang sangat dicintainya itu. Perselingkuhan!!! Yah, perselingkuhan yang dilakukan bukan untuk yang pertama kalinya. Hmmm, tragis dan sadis!
“Ya, sudahlah sayang. Kamu tenang dulu dan banyak-banyak istighfar.” Jawaban yang sangat klise terlontar dari mulutku walau hatiku sebenarnya tidak mengerti andai itu terjadi padaku.
“Iya kak, aku harus gimana!?” Tangisnya kembali memecah dan kembali aku mengatakan,”Sabar… Sabar…”
Lalu gadis itu berkata dalam isak tangisnya,”Hari ini kakak gak ada acara kemana-mana?”
“Aku mau ke rumah kakak dan menginap beberapa hari di rumah kakak.”
“Boleh gak kak..?” Aku terdiam beberapa detik karena sebenarnya aku ada acara ketemuan dengan seseorang hari ini. Tapi hatiku tak tega membiarkan gadis itu dengan derita batinnya.
“Iya kakak gak kemana-mana koq hari ini.”
“Kakak tunggu di rumah yah!?” Sambil menyilangkan kedua kakiku dan kulihat kulit kakiku sangat kering. Aku lupa belum memolesnya dengan lotion.
“Ya kak. Makasih ya kak?” Jawabnya dengan suara yang sedikit agak tenang dan masih kentara kesedihan dari suaranya.
“Iya sayang…” Balasku sembari aku memoles lotion untuk kulit kakiku yang kering.
“Assalamualaikum kak…”
“Walaikumsalam…” Tut tut tuuuttt. Pembicaraan yang mengharukan pagi itu pun selesai.
Matahari semakin tinggi dan aku mulai mengantuk. Entah kenapa belakangan ini aku gampang banget punya rasa ngantuk. Tapi masih mending ketimbang aku gampang banget punya rasa cinta. Bisa berabe urusannya. Alamat bakal banyak yang aku sakitin ntar…hihihi…
Tapi aku belum tenang kalau harus langsung tidur di kasur empukku sebelum aku menyapa sahabat-sahabatku di dunia maya yang Insya Allah akan menjadi sahabat-sahabat di dunia nyata juga nantinya. Pekerjaan rutin yang harus dan wajib aku lakukan setiap hari dan gak pernah merasa bosan menyambangi mereka. Karena aku memang butuh mereka. Kira-kira mereka membutuhkan aku gak yah!? Kayaknya sih pasti membutuhkan aku. Soalnya aku kan memang nyenengin dan ngangenin banget buat mereka sekaligus sering menyebalkan juga buat mereka…hohoho…
Iya aku tuh suka banyak nanya ini dan itu tentang dunia situs dan IT. Kadang-kadang aku merasa kasihan juga saat mereka begitu lelah mengajari aku, sementara aku gak mudeng apa yang mereka ajarkan..wekekekkekkk
Nyalakan laptop, buka YM dan langsung nge BUZZ teman-teman yang kebetulan ol. Yang paling rajin online tuh sahabat aku dari Makasar, terus yang dari Palembang, Jakarta, Batam, Jepang, Medan. Eiiitttsss!!! Yang dari Purbalingga juga. Cuma gak tau deh, sekarang udah sering invis di YM. Apa coba maksudnya? Katanya sih, karena takut ama penggemarnya yang lain…wkwkwkkwkkk
Setelah sedikit haha hihi di YM, cek situs, cek semua email, cek Facebook, Cek salingsapa, lalu blogwalking ke beberapa teman blogger.
Hoaaammmm, mulutku mulai tak bisa diajak kompromi. Akhirnya PLN yang mengakhiri aktivitas aku di depan laptop. Listrik mati lagi! Hufftt… Sampai kapan yah negaraku tercinta ini terbebas dari mati listrik…hikz hikz…
Masuk kamar dan tidur…zzzz…zzz…zzzz…
Tok tok tok!!! Ada yang ketuk pintu. Wah, jangan-jangan teroris nih!? qiqiqii
“Ya siapa?” Ku jawab sambil tangan kananku ngucek-ngucek mata dan tangan kiriku meraba-raba mencari hp yang ikutan tidur bersamaku. Aku tak bisa hidup tanpa hpku dan hpku juga tak bisa hidup tanpaku…hayahhh…wkwkkwkwkk
“Ini aku kakak…” Jawab orang di balik pintu. Dari suaranya sih, aku bisa menebak. Ini pasti Agnes Monica! wehehehehhh… Bukan-bukan! Ini pasti gadis cantik yang pagi tadi menangis meraung-raung…
“Ooo iya, bentar yah?” Jawabku langsung loncat dari tempat tidur. Untung tempat tidurku tidak begitu tinggi, sehingga meskipun aku loncat dari tempat tidur, tidak membuat kakiku terkilir. Dan mampir sebentar di depan cermin mastiin kalau wajahku masih utuh, dan merapikan rambutku yang sedikit acak-acakan. Ambil sendal biru kesayanganku dan ku berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama rumah.